Pengaruh Penggunaan Media Belajar dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika

Posted by AllSoft Sabtu, 22 Januari 2011 0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru-guru di sekolah dasar dan menengah dan dosen-dosen di perguruan tinggi.

Untuk mencapai kualitas seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional diatas, peningkatan pendidikan harus selalu diusahakan baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Dan ini melibatkan berbagai pihak yang terkait dalam proses ini. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan merupakan lembaga yang terkait langsung telah melakukan berbagai usaha dalam upaya membangun dan menyempurnakan sistem pembangunan nasional baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dimana terdapat kegiatan proses belajar mengajar perlu mendapat perhatian khusus, karena sekolahlah yang bertanggung jawab dalam menghasilkan manusia-manusia pembangunan yang berkualitas. 

Salah satu kegiatan proses belajar mengajar adalah belajar. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, penyesuaian diri dan sebagainya, dimana perubahan ini terlihat pada sikap dan tingkah laku.

Tindakan manusia dalam bersikap dan bertingkah laku tidak hanya sekedar menanggapi rangsangan dari luar dirinya, tapi juga ada faktor tertentu dari dalam diri yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan. Untuk memahaminya salah satu yang perlu dipelajari adalah minat. 

Muhibbin Syah dalam Psikologi Belajar menyatakan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa minat merupakan serangkaian usaha untuk menumbuhkan keinginan terhadap sesuatu sehingga mendorongnya untuk memberikan perhatian yang besar terhadap hal tersebut. Sebagaiman diketahui bahwa minat dapat muncul karena adanya pengaruh luar. Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh-pengaruh seperti lingkungan dan kebutuhan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa seseorang yang memiliki minat terhadap kegiatan tertentu cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap kegiatan tersebut. Tentunya dalam melaksanakan kegiatan dan usaha pencapaian tujuan perlu adanya pendorong untuk menumbuhkan minat.

Untuk menumbuhkan minat belajar matematika terhadap siswa SLTA dapat dilakukan oleh guru. Semangat pendidik dalam mengajar terhadap materi yang diajarkan, berhubungan erat dengan minat siswa yang belajar. Karena guru yang mempunyai semangat yang besar dalam mengajar terhadap materi yang diajarkan, akan mempengaruhi minat siswa terhadap materi yang diajarkan. Tidak mungkin seorang guru dapat membangkitkan minat siswanya, jika guru tersebut tidak memiliki minat dalam memberikan materi pelajaran Matematika.

Bidang studi yang menarik akan menumbuhkan minat seseorang untuk mempelajarinya dengan sebaik-baiknya, dan sebaliknya bidang studi yang tidak sesuai minatnya tidak akan mempunyai daya tarik baginya. Maka dari itu dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan seorang guru harus dapat menyajikan materi pelajaran sebaik mungkin dan semenarik mungkin, apabila materi pelajaran yang diberikan kepada siswa tidak menarik baginya, maka timbullah rasa bosan, malas untuk belajar sehingga hasil yang diperoleh dalam studinya menurun. 

Sampai saat ini, berhitung sebagai salah satu bagian dari pelajaran Matematika masih dianggap sulit untuk dipelajari oleh kebanyakan siswa terutama siswa yang mengalami problem belajar dan minat akan pelajaran Matematika. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi dari dalam siswa itu sendiri, baik juga dari guru sebagai motivator yang harus dapat menumbuhkan minat siswa akan pelajaran matematika, serta kurangnya pemahaman tentang bagaimana pengoperasian Matematika yang sesungguhnya. Dari tahun ke tahun masalah ini terus menerus berulang dalam pencapaian prestasi belajar siswa di SMA XXX, hal ini dapat di lihat dari hasil rata- rata hasil Evaluasi Akhir Semester II di kelas XI IPA untuk pelajaran Matematika pada salah satu sekolah SMA

Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing tingkat satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Prinsip pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan dan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) atau yang dikenal dengan istilah Kurikulum 2006 , didalam silabus pada kolom sumber/alat/bahan, bahan pembelajaran tidak hanya mencakup lembar kerja , bahan-bahan untuk praktek, LCD, CD interaktif tetapi juga mencakup Komputer di dalamnya. Penyampaian pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar CD interaktif yang berbasis ICT atau TIK ( Teknologi Informasi dan Komunikasi ) , menjadi suatu keharusan yang harus didukung dengan tersedianya media komputer .

Mempertimbangkan prinsip KTSP tersebut maka sekolah harus menyediakan dan mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak pendidikan serta sumber daya manusia khususnya guru agar dapat menjalankan KTSP sesuai tujuannya. Kondisi tersebut menuntut paradigma bagi pengelola pendidikan di sekolah baik kepala sekolah, guru maupun tenaga administrasi untuk mampu melayani kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem yang dapat mengakomodasi keperluan guru dalam pembelajaran dan sistem administrasi pembelajaran agar tujuan pencapaian kompetensi siswa dapat tercapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau ICT untuk kepentingan pembelajaran dan sistem administrasi pendukungnya. TIK / ICT mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Pada blue print TIK Depdiknas, setidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK/ ICT dalam pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu / penggunaan media belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur. 

Pemanfaatan perkembangan teknologi multimedia dalam pembelajaran pada umumnya belum maksimal. Komputer yang ada di sekolah saat ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sarana pembelajaran. Seringkali komputer hanya digunakan sebagai penggunaan media belajar program komputer saja. Padahal kita dapat menggunakan komputer tersebut alat untuk belajar pengetahuan yang lain dengan lebih menyenangkan. Cara ini menjadikan proses belajar mengajar akan lebih menarik dan interaktif, sehingga dapat menambah tingkat pemahaman dalam menyerap materi yang diajarkan. 

Jika pemilihan penggunaan media pembelajaran kurang tepat, maka akan menimbulkan masalah kepada para siswa yang berakibat minat dan motivasi belajar menjadi menurun. Hal ini disebabkan karena media pembelajarannya kurang menarik, apalagi kalau jumlah rata-rata siswa per kelas mencapai 40 atau 50 orang. Tetapi dengan menggunakan penggunaan media belajar berbasis ICT (Information Comunication and Teknologi) atau TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) selain akan mengurangi beban guru dalam menyiapkan media pembelajaran , yang lebih penting adalah dengan diikutsertakannya siswa dalam pengoperasian media tersebut, maka siswa akan merasa terlibat di dalamnya yang akibatnya dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Siswa selain menjadi objek pembelajaran sekaligus juga sebagai subjek pembelajaran.

Pemanfaatan ICT di Indonesia masih sangat tertinggal bila dibandingkan dengan negara–negara lain. Ketertinggalan itu dalam pendayagunaan ICT merupakan isu kebijakan penting pembangunan pendidikan Indonesia. Dalam rangka mengejar ketertinggalan tersebut, perlu diperluas dan diintensifkan pemanfaatan ICT di bidang pendidikan : pertama, untuk dimanfaatkan dalam pengelolaan pendidikan melalui otomatisasi pendataan, pengelolaan, dan perkantoran. Kedua, pendayagunaan ICT baik sebagai materi kurikulum maupun media dalam proses pembelajaran interaktif.

Program yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi di bidang pendidikan dapat diwujudkan dalam suatu kegiatan berupa pengembangan system, metode, dan materi pembelajaran dengan menggunakan ICT. Dengan menggunakan ICT dalam pendidikan, siswa dan yang memerlukan layanan dapat memperoleh pendidikan yang bermutu dan relevan. Sehubungan dengan itu, materi bahan ajar berbasis ICT ini kiranya dapat memberi alternatif bagaimana para guru mata pelajaran terkait dapat memanfaatkan perangkat ICT dalam pengembangan bahan ajar.

Mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran Matematika, masih rendah. Data UNESCO menunjukkan, peringkat Matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah.
Hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment (PISA) 2001 menunjukkan, Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur Matematika. Sementara itu, menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), Matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO).

Hal itu terungkap dalam konferensi pers The First Symposium on Realistic Teaching in Mathematics di Majelis Guru Besar (MGB) ITB, Jln. Surapati No. 1, Bandung, "Peringkat Indonesia berada di bawah Malaysia dan Singapura," ujar Drs. Firman Syah Noor, M.Pd., Ketua Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI).

Padahal, berdasarkan hasil penelitian TIMSS yang dilakukan oleh Frederick K. S. Leung pada 2003, jumlah jam pengajaran Matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran Matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam.
Namun, hasil penelitian yang dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember 2006 itu menyebutkan, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut. Prestasi Matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400=rendah, 475= menengah, 550=tinggi, dan 625=tingkat lanjut).
Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Itu artinya, ada sesuatu dengan metode pengajaran Matematika di negara ini, seperti yang ditemukan dalam penelitian Frederick dari TIMMS. Dalam penelitian itu, Frederick yang berasal dari The University of Hongkong menyebutkan, mayoritas soal yang diberikan guru Matematika di Indonesia terlalu kaku.

Umumnya, siswa di Indonesia lebih banyak mengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol Matematika yang diset dalam konteks yang jauh dari realitas kehidupan sehari-hari.Akibatnya, siswa sering kali merasa bosan dan menganggap Matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Mereka pun tidak mampu menerapkan teori di sekolah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini merupakan masalah yang mendorong dilakukannya penelitian. Maka dengan menitikberatkan pengaruh penggunaan media belajar berbasis ICT ( TIK ) terhadap minat dan prestasi belajar Matematika, berdasarkan dugaan, minat mempunyai peranan penting dalam keberhasilan prestasi belajar, maka penggunaan media belajar berbasis ICT ( TIK ) adalah merupakan salah satu metode untuk meningkatkan minat belajar tersebut.

Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang pengaruh penggunaan media belajar berbasis ICT ( TIK ) terhadap hasil belajar Matematika ditinjau dari minat belajar, maka penelitian ini dilakukan.

B. Identifikasi Masalah
Kualitas pendidikan di sekolah biasanya diukur dari keberhasilan dan prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa selama proses belajar mengajar. Kegagalan atau keberhasilan pendidikan tidak hanya bergantung pada guru sebagai pendidik, akan tetapi kemampuan dan kesiapan peserta didik untuk mengikuti pelajaran Matematika juga sangat berperan besar.
Dalam pemilihan media pembelajaran, guru akan dihadapkan kepada kendala yang akan memberi tambahan beban dalam pemilihan bahan ajar yang merupakan masalah yang harus dihadapi oleh seorang guru. Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, timbul beberapa masalah yang berkaitan dengan pengaruh penggunaan media belajar berbasis ICT terhadap hasil belajar Matematika ditinjau dari minat belajar tinggi dan rendah.
1. Apakah proses belajar mengajar di sekolah telah mencapai kualitas yang diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional ?
2. Apakah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat menganggap bahwa Matematika itu kurang menarik?
3. Kendala apa yang sering dihadapi oleh siswa dalam belajar Matematika?
4. Apakah rendahnya hasil belajar Matematika disebabkan oleh sulitnya materi pelajaran Matematika?
5. Apakah cara mengajar guru mempengaruhi hasil belajar dan minat siswa dalam belajar Matematika?
6. Faktor-faktor apa yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
7. Apakah ada siswa yang memiliki minat belajar yang rendah dalam belajar Matematika tetapi memiliki hasil belajar yang tinggi?
8. Apakah ada siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi dalam belajar Matematika tetapi memiliki hasil belajar yang rendah?
9. Adakah pengaruh penggunaan media belajar berbasis ICT sebagai salah satu metode belajar terhadap hasil belajar Matematika?
10. Adakah pengaruh metode konvensional terhadap hasil belajar Matematika?
11. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar Matematika?
12. Diharapkan hasil belajar Matematika siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan penggunaan media belajar berbasis ICT (Information Comunication and Teknologi) / TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang ditinjau dari minat belajar siswa dapat berpengaruh positif.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah:
1. Seberapa besar pengaruh hasil belajar matematika siswa yang diberikan dengan menggunakan penggunaan media belajar berbasis ICT (Information Comunication and Teknologi) pada materi “ Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers “pada kelas XI IPA SMA Negeri 8 dan kelas XI IPA SMA Negeri 1 yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 ditinjau berdasarkan minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
2. Pengaruh artinya kekuatan yang ada atau timbul dari sesuatu, baik dari benda hidup maupun benda mati yang berkuasa. Misalnya dari benda mati “buku “ terhadap siswa, untuk benda hidup “orang tua “ terhadap anak, guru terhadap siswa, siswa terhadap siswa yang lainnya.
3. Penggunaan media belajar berbasis ICT (Information Comunication technology) atau TIK ( Tekhnik Informasi dan Komputer ) adalah Penyajian bahan ajar dengan menggunakan media komputer yang digunakan dalam proses belajar mengajar, yang melibatkan perangkat komputer (Hardware dan software) serta brainware (yang mengoperasikan komputer)
4. Minat mempunyai pengertian adanya perhatian lalu timbul rasa suka pada objek yang dimaksud. Berlanjut dari rasa suka maka akan timbul keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal atau objek tertentu.
5. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang diperoleh siswa sebagai hasil dari apa yang dipelajarinya di sekolah, yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan pengetahuan pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8  yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2010/2011

Pengaruh Kesejahteraan dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Posted by AllSoft Selasa, 28 Desember 2010 0 komentar
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional .Rendahnya kualitas sumber daya manusia juga akan menjadi batu sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan global, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menata sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual, spiritual, kreativitas, moral, maupun tanggung jawab.
Penataan sumber daya tersebut perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004: h. 4). Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan.
Sardiman (2005: h. 125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.
Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut lebih profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan marupakan bentuk kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka berpengaruh pada peningkatan kualitas keluaran atau outputnya.Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005: h. 2). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu : a) Kepemimpinan kepala sekolah, b) Iklim sekolah, c) Harapan-harapan, dan d) Kepercayaan personalia sekolah. Dengan demikian nampaklah bahwa efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004: h. 25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Di samping itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak semakin maju, sehingga menuntut penguasaan secara profesional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.
Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Selain dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru juga dipengaruhi oleh iklim sekolah. Iklim sekolah adalah suasana bekerja, belajar, berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan (Pidarta 1988: 176). Dengan terciptanya iklim sekolah yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk bekerja lebih baik. Hal tersebut mencerminkan bahwa suasana sekolah yang kondusif sangat mendukung peningkatan kinerja guru.
Iklim sekolah di Sekolah XXX terutama dimensi hubungan masih perlu ditingkatkan. Dalam dimensi hubungan yang perlu ditingkatkan adalah interaksi antara guru dengan Kepala Sekolah. Interaksi dari atas ke bawah kebanyakan hanya berupa perintah. Sedangkan interaksi dari bawah ke atas, guru hanya menyampaikan laporan hasil belajar siswa maupun hasil kerja dari tugas-tugas lain yang dibebankan kepadanya. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di Sekolah XXX hubungan yang terjadi antara Kepala Sekolah dengan guru cenderung kaku. Hal tersebut dapat terlihat dari kurangnya keterbukaan dalam komunikasi antara Kepala Sekolah dengan guru. Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Kesejahteraan dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Sekolah XXX ”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diketahui bahwa banyak hal yang berkaitan dengan kinerja guru. Beberapa faktor yang dapat di identifikasi antara lain :
1. Guru kurang disiplin dalam melaksanakan tugasnya seperti datang tidak tepat waktu
2. Rendahnya mutu perlindungan terhadap profesi guru dan kesejahteraan .
3. Iklim sekolah kurang mendukung .
4. Kepemimpinan Kepala Sekolah kurang demokratis
5. Profesionalisme guru sangat minim karena rendahnya pengalaman dan pengetahuan guru dalam mengajar
6. Fasilitas sekolah kurang memadai.
7. Kurangnya motivasi terhadap kinerja
8. Pelaksanaan strategi pembelajaran yang diterapkan belum dapat menciptakan efektivitas pembelajaran yang diterapkan.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka masalah dapat dibatasi pada:
1. Pengaruh kesejahteraan terhadap kinerja guru di Sekolah XXX
2. Pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah XXX
3. Pengaruh kesejahteraan dan iklim sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah XXX

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Bagaimana pengaruh kesejahteraan terhadap kinerja guru di Sekolah XXX ?
2. Bagaimana pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah XXX ?
3. Bagaimana pengaruh kesejahteraan dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru di Sekolah XXX ?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh kesejahteraan terhadap kinerja guru di Sekolah XXX ?.
2. Untuk mengetahui pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah XXX ?
3. Untuk mengetahui pengaruh kesejahteraan dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru di Sekolah XXX ?

F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa digunakan oleh para guru sebagai kajian untuk mendalami dan mengembangkan cara-cara meningkatkan kinerjanya melalui kesejahteraan dan iklim sekolah.
2. Secara aplikasi, hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi kepala sekolah, guru maupun pengawas untuk dapat meningkatkan iklim sekolah yang baik dan program kesejaheraan yang baik agar kinerja guru semakin tinggi.
3. Sebagai bahan rujukan maupun bahan pertimbangan sejak awal perlu di lihat kembali tentang kesejahteraan, iklim sekolah, dan kinerja guru.

Download Tesis :  Pengaruh Kesejahteraan dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru DisiniSoft

Peningkatan Kemampuan Mengarang Anak Tunarungu Melalui Metode Material Reflektif

Posted by AllSoft Senin, 27 Desember 2010 0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mengarang adalah salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam mengarang siswa dapat mengungkapkan ide, perasaan, pendapat dan pengalamannya. Agar siswa dapat mengarang dengan baik diperlukan penguasaan bahasa yang meliputi penguasaan kosa kata, tata bahasa baik morfologi, sintaksis maupun semantic dan cara penulisannya. 

Bagi anak yang tidak mengalami kendala atau hambatan dalam berbahasa dan berkomunikasi hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi tidak demikian bagi anak tunarungu. Akibat dari ketunarunguannya maka akan timbul permasalahan antara lain masalah bahasa dan komunikasi yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan kognitif dan intelektual, yaitu akan menjadi miskin dalam bahasa karena mengalami hambatan dalam proses pemerolehan bahasa. 

Keterbatasan pendengaran dan keterbatasan bahasa menjadi penyebab anak tunarungu mengalami permasalahan dalam mengarang bila mereka tidak mendapat bimbingan dan dukungan dari pendidikan di sekolah, dalam keluarga atau lingkungannya. 

Keluarga dan lingkungan yang jarang mengajak anak untuk bercakap, membiarkan anak asik bermain sendiri dan tidak memberikan bahasa kepada anak, apalagi bila di sekolah pun potensi anak tidak digali secara optimal. 

Perbendaharaan kata anak masih terbatas, makna kata dalam ungkapan anak sering kurang tepat penggunaannya dan susunan kalimat masih terbolak balik. Kalimat satu dengan kalimat berikutnya kurang berkaitan dan tidak runtut. Dalam penulisan pun masih mengabaikan ejaan yang disempurnakan. 

Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan, walaupun di SDLB Tunarungu XXX sudah melaksanakan pembelajaran dengan metode maternal reflektif namun hasilnya belum memuaskan. Menurut pengamatan dan pengalaman penulis, kendalanya adalah guru kurang menggali lebih dalam ungkapan-ungkapan anak dalam percakapan, kurang maksimalnya pemanfaatan gambar yang disajikan guru, guru cepat puas dengan ungkapan anak padahal ungkapan anak belum sempurna baik ucapannya maupun susunan kalimatnya serta dalam pelaksanaan pembelajaran mengarang ada tahapan-tahapan yang tidak dilalui atau terlewatkan. Untuk itu penulis ingin berupaya meningkatkan kemampuan mengarang anak tunarungu di SDLB Tunarungu XXX melalui Metode Maternal Reflektif.

B. Indentifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi area dan fokus penelitian sebagai berikut :
1. Siswa belum mampu mengarang dengan menggunakan kata-kata yang tepat.
2. Siswa belum mampu mengarang dengan tata bahasa yang baik dan benar.


C. Pembatasan Fokus Penelitian
Peneliti membatasi focus penelitian yaitu pada “Pelaksanaan Pembelajaran Mengarang Anak Kelas IV di SDLB Tunarungu XXX dengan Metode Maternal Reflektif”.

D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian pada penelitian tindakan ini, pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Apakah Metode Maternal Reflektif dapat meningkatkan kemampuan mengarang anak tunarungu Kelas IV di SDLB Tunarungu XXX?

E. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat untuk anak tunarungu
Meningkatkan kemampuan mengarang anak tunarungu
2. Manfaat untuk guru
Memberikan masukkan kepada guru tentang cara yang efektif dalam memproses pembelajaran mengarang.
3. Manfaat untuk sekolah
Sekolah dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi siswa tunarungu.

Download Skripsi : Peningkatan Kemampuan Mengarang Anak Tunarungu Melalui Metode Material Reflektif DisiniSoft

Analisis Peranan Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Upaya Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas

Posted by AllSoft Minggu, 26 Desember 2010 2 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa globalisasi yang sedang berjalan saat ini, sangat dibutuhkan generasi-generasi yang mempunyai kemampuan tinggi di segala bidang baik Ekonomi, Teknik, Politik, Sosial, dan Iptek. Sehingga diharapkan lembaga-lembaga pendidikan baik yang dikelola Departemen Pendidikan Nasional maupun badan swasta harus membenahi perangkat, sarana dan prasarana pendidikannya, seperti pengadaan SDM dengan tenaga pengajar yang profesional serta mempunyai kompetensi dibidangnya masing-masing serta dibantu dengan peralatan yang mutakhir.
Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kehidupan manusia di manapun dia berada. Dan merupakan gejala yang umum dalam kehidupan masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan di jabarkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional bab II pasal 3 yaitu bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab [1]

Melalui proses belajar yang terencana dan terpola dengan benar akan dicapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan perilaku, intelektual, sosial, dan emosional pada diri siswa, terarah kepada hal yang lebih baik serta konstruktif. Bila tujuan akhir suatu pendidikan adalah pembentukan manusia Indonesia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, juga sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat memiliki intelektual yang berkembang dengan matang maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, juga sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat memiliki intelektual yang berkembang dengan matang.

Namun demikian dalam kenyataan sesungguhnya dilapangan justru kesulitan dalam mencapai prestasi bagi siswa atau peserta didik tidak semudah diharapkan. Guru dalam melaksanakan kewajiban sehari-hari sering dihadapkan kepada siswa yang mempunyai berbagai masalah internal dan eksternal yang berkaitan dengan pelajaran maupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan keluarga siswa itu sendiri. Untuk menangani hal-hal seperi ini guru bidang studi tidak mungkin dapat menyelesaikan secara tuntas tanpa bantuan dari seorang guru bimbingan dan konseling.
Menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapakan, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat mempengaruhi baik dalam diri siswa (Indogen) maupun dari luar diri siswa (Exogen), hal ini merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus baik bagi sekolah maupun orang tua.

W.S Winkel berpendapat bahwa : “masalah adalah suatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit manusia dalam usahanya mencapai sesuatu”.[2]

Namun demikian pada dasarnya setiap siswa dapat dibantu dalam menghadapi masalahnya.

Sehubung dengan pernyataan diatas Moh. Surya berpendapat bahwa : “Tujuan pembinaan siswa adalah untuk memberikan layanan agar siswa memperoleh kesejahteraan lahir dan batin dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya sehingga mencapai tujuannya”. [3]

Banyak para ahli telah melakukan penelitian atau survey kesulitan belajar, ternyata peran seorang pendidik dalam membantu mengatasi kesulitan siswa menjadi amat penting karena kesulitan belajar adalah salah satu faktor yang menghambat keberhasilan seorang siswa.

Oleh karena itu keberadaan guru bimbingan dan konseling sangat membantu tugas-tugas guru bidang studi dan siswa, karena guru bimbingan dan konseling yang professional lebih mengerti tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar maupun pemberi arah bagi siswa yang sangat membutuhkan.

Lembaga bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha untuk membantu perkembangan individu (siswa) dalam rangka mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya.
Layanan bimbingan di sekolah bertujuan memberikan bantuan kepada siswa melalui pendekatan pribadi oleh guru bimbingan dan konseling, di mana salah satu bantuan yang diharapakan adalah bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar para siswa di sekolah.

Oleh karena itu penulis sangat tertantang untuk mengadakan penelitian mengenai Analisis Peranan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Upaya Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar di Sekolah Menegah Atas (SMA) XXX”.

B. Identifikasi Masalah
Dalam usia remaja yang di alami seperti pada siswa di sekolah biasanya dari cara berfikir dan berperilaku masih labil, di samping itu remaja dengan usia demikian menghadapi berbagai masalah dari dalam dirinya maupun dari lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan layanan bimbingan dan konseling dari guru bimbingan. Dari uraian diatas penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Hambatan – hambatan yang dihadapi siswa dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa perlu segera mendapatkan pemecahan.
2. Kesulitan yang dihadapi guru bimbingan dan konseling dalam membantu pemecahan masalah siswa perlu dicari jalan keluarnya.
3. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam usaha meningkatkan kegiatan belajar siswa di sekolah perlu penjadualan yang khusus.
4. Faktor internal dan faktor eksternal merupakan faktor penyebab kesulitan belajar siswa.
5. Keberadaan dan kebutuhan guru bimbingan dan konseling di sekolah, harus mendapatkan perhatian yang sesuai.
6. Guru bimbingan dan konseling harus mampu berperan terutama dalam membantu mengatasi kesulitan dalam belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah agar di dalam pembahasan tidak meluas dan menjadi bias, masalah ini dibatasi pada Analisis Peranan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Upaya Membantu Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) XXX.

D. Perumusan Masalah
Berdasakan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : “ Sejauhmana Peranan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Upaya Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) XXX”

E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang aspek pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya pemecahan masalah yang dilakukan oleh pembimbing dalam melayani siswa, juga pemanfaatan dari pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.

[1]Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BP Usaha, Jakarta 2003, hal. 7
[2]Winkel W.S. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, Gramedia, Jakarta 1985, hal 11.
[3]Surya Moh. Dasar-dasar Konseling, PT. Tarsito, Bandung 1988, hal. 6

Download Skripsi : Analisis Peranan Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Upaya Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas DisiniSoft

Evaluasi Penggajian Pada PT. XXX

Posted by AllSoft Jumat, 24 Desember 2010 0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk menjalankan suatu usaha yang menghasilkan keuntungan dari pengunaan dan pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki secara maksimal, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah untuk menghasilkan laba. Laba merupakan pendapatan dikurangi semua pengeluaran yang telah dilakukan perusahaan. Untuk dapat berproduksi sehingga menghasilkan laba, perusahaan harus mempunyai sumber daya. Sumber daya utama yang harus dimiliki perusahaan meliputi manusia (pegawai), uang, material, dan mesin (termasuk fasilitas dan energi). Masing-masing sumber daya tersebut harus di kelola agar penggunaannya maksimal dan berfungsi secara efisien, khususnya dalam hal ini sumber daya manusia, dimana kebutuhan akan tenaga kerja yang baik dan terampil dirasakan sangat perlu.

Sumber daya manusia merupakan faktor penentu maju atau mundurnya suatu perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap suatu perusahaan, sehingga harus dikelola secara hati-hati. Sebuah perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan para tenaga kerjanya, dimana biasanya hal itu dapat diwujudkan melalui penghasilan (gaji) yang diberikan perusahaan kepada para tenaga kerjanya sebagai imbalan atas pembayaran jasa dan tenaga mereka.
Pengelolaan sumber daya manusia, Melalui sistem penggajian adalah suatu permasalahan penting yang harus di perhatikan perusahaan. Hal ini karena antara perusahaan dan tenaga kerja atau pegawai mempunyai hubungan timbal-balik yang saling membutuhkan. Perusahaan menginginkan pegawainya bekerja dengan hasil yang maksimal tanpa adanya pemborosan dalam biaya gaji yang dikeluarkan pada periode tertentu, sementara disisi lain para pegawai menginginkan suatu imbalan yang memadai sesuai dengan jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka. 

Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara pengelolaan informasi yang benar yang membutuhkan suatu sistem yang mana di dalam suatu sistem itu terdapat elemen-elemen lingkungan yang saling berkaitan dan berfungsi sebagai sistem informasiantar organisasi. Pembangunan dan pengembangan suatu sistem menjadi hal yang sangat penting dalam pengembangan informasi, sehingga informasi yang disajikan lebih informatif dan dapat bermanfaat bagi para penggunaanya.

Sistem penggajian merupakan salah satu strategi yang dilakukan perusahaan untuk merencanakan dan sekaligus mengetahui berapa gaji yang didapat pegawai setiap bulannya. Ketepatan waktu pembayaran dan kecermatan perhitungan gaji adalah faktor pendukung yang memacu kerja pegawai dengan semangat kerja yang baik maka akan meningkatkan kreatifitas dan produktifitas namun sebaliknya apabila sering terjadi masalah yang berkaitan dengan penggajian dapat menurunkan semangat kerja pegawainya yang pada akhirnya produktifitas perusahaan juga akan menurun. Tidak hanya itu kesalahan sistem penggajian dan upah dapat menimbulkan pemborosan besar bagi perusahaan, pemborosan ini akan memperbesar biaya perusahaan dari yang seharusnya dikeluarkan, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi perolehan laba perusahaan.

Disamping itu perusahaan juga dituntut oleh lembaga pemerintah untuk memenuhi semua peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan seperti misalnya besarnya gaji dan upah minimum pegawai, kesempatan dan keselamatan kerja, dan masalah-masalah lainnya yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah yang berkaitan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul EVALUASI PROSEDUR PENGGAJIAN PADA PT. XXX

B. Pembatasan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah seperti yang diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini penulis perlu membuat batasan masalah. Hal ini dimaksudkan agara penelitian yang dilakukan lebih fokus dan lebih terarah pada topik yang sedang dianalisis. Adapun batasan masalah tersebut adalah hanya membahas tentang prosedur penggajian dalam rangka pengendalian internal.

C. Perumusan Masalah
Dengan pertimbangan diatas maka penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur penggajian yang dilaksanakan oleh PT. XXX?
2. Apakah prosedur tersebut dapat dijadikan sebagai sarana pengendalian?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimanakah prosedur penggajian yang dilaksanakan perusahaan.
b. Untuk mengetahui apakah prosedur tersebut dapat dijadikan sebagai sarana pengendalian gaji
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang berguna bagi perusahaannya dan merupakan alternatif untuk memperbaiki suatu masalah sistem penggajian yang ada diperusahaan.
b. Bagi pihak lain
hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan pustaka dalam mengembangan disiplin ilmu.
c. Bagi penulis
Disamping sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta. juga dapat menerapkan salah satu mata kuliah yang didapat selama salah satu mata kuliah yang didapat selama perkuliahan.

E. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dimana tiap-tiap bab satu sama lainnya saling berkaitan sehingga memberikan gambaran menyeluruh dan berkesinambungan atas topik yang dibahas.
Pokok-pokok permasalahn yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama dari skripsi ini akan menguraikan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II ini yaitu Tinjauan Pustaka akan menguraikan teori-teori yang melandasi permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu teori-teori yang berhubungan dengan sistem penggajian yang akan diambil dari sumber-sumber berupa tulisan yang ada di dalam literatur-literatus yang mendukung

Bab III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ketiga akan menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi, yang terdiri dari lokasi penelitian, sifat penelitian data yang dikumpulkan, teknik pengambilan data serta teknik analisis data.

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan menguraikan hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan yang dilakukan pada PT. XXX Bab ini membahas tinjauan umum perusahaan, sistem penggajian dan pengendalian intern atas penggajian. Disamping itu penulis akan melakukan evaluasi atas penerapan sistem penggajian pada PT. XXX

Bab V PENUTUP
Bab ini terakhir ini akan memuat kesimpulan-kesimpulan yang dibuat berdasarkan atas penerapan sistem penggajian pada PT. XXX, seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, dan juga akan memberikan saran-saran yang di harapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai upaya pengendalian terhadap pelaksanaan prosedur dan pencatatan transaksi yang berhubungan dengan sistem penggajian.

Download Skripsi : Evaluasi Penggajian Pada PT. XXX DisiniSoft